Contoh Makalah Keterampilan Menulis



Bab I

1.      Sejarah Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda. Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.

2.      Pengertian Keterampilan

Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.
Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil.
Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.
Keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri, 1991:2).

3.      Pengertian Menulis

Pada dasarnya, menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain.
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu.

Bab II

1.      Keterampilan Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif; artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik. (Darmiyati Zuchdi & Budiasih, 1999:62).
Kemudian menurut Tarigan (Haryadi & Zamzani 1996:77) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafis tersebut.
Sedangkan keterampilan menulis menurut Byrne (1979:3) (dalam St. Y. Slamet, 2008:140) menyatakan bahwa pada hakikatnya bukan sekadar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangakan buah pikiran kedalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Faktor penting yang menyebabkan keberhasilan dalam menulis adalah aspek motivas. Faktor motivasi pada akhirnya mendorong timbulnya rasa percaya diri yang tinggi terhadap pekerjaan tulis-menulis.” (Suyanto & Asep Jihad : 2009:3).
Kemudian menurut St. Y. Slamet (2007:96) menyatakan bahwa penggunaan istilah menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda oleh sebagian ahli lainnya, maka sejalan dengan hal itu, tulisan sebagai hasil tulis menulis berpadanan dengan karangan sebagai hasil mengarang.
Begitu juga dengan Imam Maliki (1999:71) “Mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan secara tak langsung dalam berkomunikasi dengan orang lain”, jadi hampir sama dengan pengertian menulis itu sendiri.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki.
(a)   Kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis.
(b)   Kepekaan terhadap kondisi pembaca.
(c)   Kemampuan menyusun perencanaan penelitian.
(d)   Kemampuan menggunakan bahasa indonesia.
(e)   Kemampuan memuali menulis.
(f)   Kemam-puan memeriksa karangan sendiri.
Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Kemudian menurut St. Y. Slamet (2007:96) menyatakan bahwa penggunaan istilah menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda oleh sebagian ahli lainnya, maka sejalan dengan hal itu, tulisan sebagai hasil tulis menulis berpadanan dengan karangan sebagai hasil mengarang.
Begitu juga dengan Imam Maliki (1999:71) “Mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan secara tak langsung dalam berkomunikasi dengan orang lain”, jadi hampir sama dengan pengertian menulis itu sendiri. Ada beberapa hal yang perlu dalam memperkembangkan kecakapan mengarang supaya jelas dan tepat, sebagaimana yang dikemukakan A. Hakim (1971:7) yaitu sebagai berikut.
1.      Mengarang berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik yang mengena pembaca. Ide yang jelas dan tertentu mesti ada sebelum mengarang, agar jangan membuang-buang waktu dan bicara hilir mudik tanpa tujuan.
2.      Karangan yang bermutu selalu berpangkal tolak pada pemikiran yang tepat dan jelas. Hal ini akan tercermin antara lain dalam pemilihan kata-kata, dalam tatasusunan kalimat dan dalam outline gamblang dari seluruh uraian itu.
3.      Keahlian mengarang lebih cepat diperoleh dengan memperbaiki tehnik mengarang daripada dengan mengoreksi kesalahan-kesalahan saja. Kesalahan akan hilang dengan sendirinya, jika pengarang belajar bersikap kritis terhadap buah tulisannya.
4.      Mempelajari tata bahasa akan mempertinggi kepandaian menggunakan bahasa. Maka berusahalah menguasai tata bahasa Indonesia, kalau ingin berhasil mengarang dalam bahasa Indonesia.
5.      Penggunaan kata-kata yang biasa merupakan dasar ungkapan dan karena itulah dasar bahasa. Maka kalau anda mau mengarang, pilihlah bahasa yang biasanya digunakan orang baik-baik, orang-orang terpelajar bukan bahasa pasaran.
6.      Mengarang adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosionil yang belebih-lebihan, realistis dan tidak menghambur-hamburkan kata secara tak perlu. Pengungkapan mesti jelas dan teratur, sehingga meyakinkan para pembaca. Maka uraian harus mencerminkan, bahwa si pengarang sungguh-sungguh mengerti atau menghayati apa yang sedang diuraikannya itu.
Kemudian untuk mengetahui hasil menulis atau mengarang maka juga perlu dilakukan penilaian. Menurut kebanyakan para kritikus bahasa, komponen-komponen yang perlu dinilai dalam sebuah tulisan meliputi.
1)               Isi tulisan yang antara lain meliputi kualitas dan ruang lingkup isi serta kesesuaian isi dengan judul / tema.
2)               Urutan dan hubungan paragraf yang antara lain meliputi organisasi keseluruhan, kesatuan paragraf, paduan-paduan paragraf, dan pengembangan paragraf.
3)               Pemakain bahasa yang meliputi tata bahasa, ejaan, dan gaya bahasa.

2.      Menulis sebagai Suatu Proses

Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.

3.      Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis. Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan atau tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan pendengar atau pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif yakni karangan atau tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-juan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak.

4.      Manfaat Menulis

Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa.
(1)  Menulis menyumbang kecerdasan.
(2) Menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas.
(3) Menulis menumbuhkan keberanian.
(4) Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

5.      Prinsip Menulis

Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah.
(1) Menyalin naskah dalam bahasa.
(2) Menuliskan kembali atau mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca.
(3) Melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil.
(4) Menulis terpimpin.
(5) Menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah.
(1) Menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak.
(2) Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa.
(3) Pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia.
(4) Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

6.      Aspek Menulis Karangan

Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula sebab dengan penguasaan itu kita dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu.
(1)      Menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna.
(2)      Menggunakan kata dengan bentuk yang tepat.
(3)      Menggunakan kata dalam distribusi yang tepat.
(4)      Merangkaikan kata dalam frasa secara tepat.
(5)      Menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat.
(6)    Merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik.
(7)      Menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik.
(8)   Membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi
 (9)     Membuat surat (macam-macam surat).
(10)    Menyadur tulisan (puisi menjadi prosa).
(11)   Membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan).
(12) Mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung).
(13) Mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).

7.      Jenis-jenis Mengarang

Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah mengarang surat, mengarang cerita non fiksi, mengarang cerita fiksi, mengarang lukisan keadaan, menulis berita aktual, mengarang puisi, mengarang esay, dan mengarang naskah drama.


(1) Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orang yang diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu surat kekeluargaan dan surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu.. sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.
(2) Mengarang Cerita Non Fiksi
Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.
(3) Mengarang Cerita Fiksi
Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat mempunyai nilai membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan yang produktif, menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan mengembangkan bakat mengarang.

(4) Mengarang Lukisan Keadaan
Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra teliti melalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.
(5) Menulis Berita Aktual
Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan mengembangkan bakat kewartawanan.
(6) Mengarang Puisi
Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada umumnya yang terdapat pada diri masing-masing, memberika latihan mengungkapkan perasan dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya, mencoba secara tidak langsung memahami keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan yang dihadapi, dan membantu memperkembangkan bakat.

(7) Mengarang Esai
Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian orang.
(8) Mengarang Naskah Pidato
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain pidato penjelasan, pidato sambutan, pidato laporan, dan pidato keilmuan.

Kesimpulan


1.      Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien.
2.      Menulis adalah suatu kegiatan sebagai pengungkapan ide, perasaan, atau berkomunikasi kepada orang lain dalam bahasa tulis yang perlu proses untuk menguasainya.
3.      Karangan adalah suatu bentuk pengungkapan ide, gagasan, perasaan atau hasil tulisan sesorang yang disampaikan kepada orang lain dalam bahasa tulis dengan tujuan tertentu. Berdasarkan tujuannya ada beberapa bentuk karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.



Daftar Pustaka

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menu-lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti
Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.
Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit
Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.
Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT
Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Riad, M. (2012). kompasiana.com. Retrieved from http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis











Post a Comment

0 Comments