KATA PENGANTAR
Dewasa ini didalam berbahasa indonesia, sering terdapat kerancuan dalam
penulisan,ucapan maupun dalam struktur ejaan.Masing-masing orang mempunyai
pemahaman dan pendapat yang berbeda-beda sehingga kadang terjadi kesalahpahaman
dan membingungkan mana yang sesungguhnya benar.Terutama dalam pemakaian dan
pemilihan kata,biasanya sulit untuk membedakan mana kata yang baku dan tudak
baku seperti aturan-aturan yang ada didalam EYD-Ejaan Yang Disempurnakan.
Oleh karena
itu didalam makalah ini,kami akan mencoba membahas dan menjelaskan tentang makna
kata dan pemilihan kata (diksi).Bahasa indonesia dalam perkembangannya
memang telah mengalami pasang surut.Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering
dikacaukan karena mengikuti perkembangan jaman.Bahkan atas nama
modernisasi,orang jadi cenderung malu untuk menggunakan bahasa indonesia dengan
baik dan benar.
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bagi yang
masih peduli dengan penggunaan bahasa indonesia dengan baik dan benar.kami
menyadari makalah ini masih jauh dari tahap sempurna,oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun yang kami harapkan untuk bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
•
Makna kata
•
Makna Donotatif
•
Makna Konotatif
•
Pengertian Diksi
•
Syarat Ketepatan Diksi
•
Gaya Bahasa Dan Idiom
•
Gaya Bahasa Eufinisme
•
Gaya Bahasa Hiperbola
•
Gaya bahasa metafora
•
Gaya bahasa personifikasi
•
Gaya bahasa Sarkasme
•
Gaya bahasa metonimia
•
Gaya bahasa Litotes
•
Gaya Bahasa pleonasme
•
Jargon dan Kata Slang
•
Jargon
•
Kata Slang
•
Contoh pilihan kata yang baik
berdasarkan jenis kata :
•
Kata Kajian
•
Kata Populer
DAFTAR PUSTAKA
I. Makna Kata:
A.Makna Denotatif
Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas
untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
1. Mas parto membeli susu sapi
2. Dokter bedah itu sering
berpartisipasi dalam sunatan masal
B.Makna Konotatif
Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan
Contoh:
- Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
- Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir)
II.
Pengertian Diksi
Diksi dalam arti aslinya
dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan Gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan
kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan
itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan
berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata
memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang
berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui
saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau
reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
- Syarat Ketepatan Diksi
Syarat Ketepatan Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur
sangat penting, baik dalam dunia karang – mengarang maupun dalam dunia tutur
setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu
maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan
kekpada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang
tepatlah yang diperlukan.
- Gaya Bahasa dan Idiom
Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. (Tarigan)
- Gaya bahasa eufinisme
Eufemisme atau
penghalusan bahasa adalah salah satu bentuk pemakaian bahasa dalam masyarakat
yang sudah semakin lancar penggunaanya. Mungkin karena tuntutan zaman yang
mengharuskan atau karena pola pikir masyarakat pemakai bahasa yang selalu
berubah. Kelancaran penggunaan bahasa tersebut merupakan akibat dari kebebasan
berbahasa yang dimiliki oleh setiap individu tanpa ada aturan yang mengikat.
Kebebasan itu diartikan sebagai sebuah kesempatan untuk berekspresi melalui
bahasa. Memang hal ini dapat memberi corak tersendiri dalam rekaman sejarah
perjalanan bahasa indonesia di tengah-tengah banyaknya penggunaan bahasa daerah
serta maraknya penggunaan bahasa asing sebagai salah satu kebanggaan tersendiri
bagi pemakainya. Selain itu, kebebasan berbahasa ini juga sangat ditentukan
oleh prinsip pragmatik sebuah bahasa. Pada dasarnya prinsip ini mengartikan
bahwa bahasa bukan sebagai sebutan aturan yang dapat mengikat setiap pemakainya
tetepi lebih menitikberatkan pada bahasa sebagai alat komunikasi bagi individu.
Aturan atau ejaan ditempatkan pada nomor yang paling bawah, yang terpenting
bagaimana bahasa itu dapat dimengerti oleh orang yang membaca atau
mendengarnya. Salah satu bentuk kebebasan tersebut adalah penggunaan gaya
bahasa tersendiri oleh setiap individu.
Gaya bahasa
tersebut bukan lagi dilihat dari jenis kelompok sosial pemakainya terkadang
gaya bahasa perorangan yang menonjol. Istilah sosiolinguistik mengatakan bahwa
gaya bahasa seperti yang dipraktikkan setiap individu tersebut disebut idiolek
ini adalah seseorang dapat diketahui hanya dengan gaya bahasanya yang khas dan
unuk. Ilmu psikolinguistik dapat dengan jelas membedakan gaya bahasa ini
terkait dengan jiwa atau kebiasaan seseorang. Hanya lewat bahasa seseorang
dapat dengan mudah diketahui karakternya. Kembali ke persoalan kebebasab
berbahasa yang selalu diikuti oleh munculnya gaya bahasa tersendiri. Eufemisme
merupakan acuan yang berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan atau
ungkapan halus untuk menggantikan acuan yang dirasakan menghina atau tidak
menyenangkan. Intinya, mempergunakan kata-kata dengan arti baik atau dengan
tujuan baik. Eufemisme juga ada yang mengartikan sebagai ungkapan yang bersifat
tidak berterus terang. Eufemisme atau juga pseudo eufemisme menjadi motif
dorongan di belakang perkembangan peyorasi. Eufemisme berlatar belakang sikap
manusiawi karena dia berusaha menghindar agar tidak menyakiti atau menyinggung
perasaan orang lain. Seandainya tidak ada eufemisme mungkin akan terjadi
depresi makna atau perendahan.
Namun di balik semua itu.
eufemisme ini dapat mengaburkan makna sehingga makna semula tidak terwakili
lagi oleh bentuk atau konsep yang menggantikannya. Pergeseran makna ini tentu
akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat pemakai bahasa. Terkadang ada
sebagian eufemisme yang penggunaannya sudah berlebihan sehingga apa yang ingin
disampaikan tidak dapat tertangkap secara tepat oleh pembaca atau pendengar.
Memeng tujuan eufemisme tersebut adalah untuk bersopan santun ada penipuan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa eufemisme adalah sopan santun yang
menipu. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena banyak orang-orang tertentu yang
pandai menggunakan bahasa, berlindung di balik eufemisme ini. Sehingga banyak
pula di antara penggunaanya merasa aman dengan pemanfaatan gaya bahasa seperti
ini. Salah satu contoh eufemisme yang berlebihan adalah frasa kekurangan
pangan. Frasa ini konsep sebenarnya adalah kelaparan. Tetapi karena
penggunaannya berlebihan sehingga eufemisme ini menimbulkan makna atau konsep
lain terhadap pembaca.
Konsep lain ini muncul karena danya pergeseran makna dari
makna sebelumnya. Akhirnya masyarakat pembaca menganggap hal ini adalah sebuah
kewajaran dan tidak menimbulkan rasa prihatin terhadap korban kelaparan yang
dimaksud. Pada masa orde baru pemerinteh merasa riskan mengatakan rakyat miskin
dan mereka cenderung menggantikannya atau mengeufemismekan dengan frasa
masyarakat prasejahtera, masyarakat prasejahtera 1 dan 2. akhirnya, dampak yang
dirasakan melalui pemggunaan eufemisme ini, negara Indonesia terkesan tidak
memiliki rakyat miskin karena dunia terbohongi oleh sebuah bahasa. Namun apa
yang terjadi sekarang, semua hal itu terhapuskan setelah bangsa indonesia
memasuki orde reformasi. Rakyat miskin atau keluarga miskin justry menjadi
predikat rebutan setiap masyarakat karena siapapun yang tergolong di dalamnya
pasti akan mendapatkan BTL atau bantuan langsung tunai. Sekarang banyak yang
mengaku sebagai keluarga miskin. Frasa keluarga prasejahtera kini tergantikan
dengan keluarga miskin atau diakronimkan menjadi gakin.
Eufemisme ini dapat
pula syarat akan kepentingan golongan atau yang
bernilai politis. Seperti waktu yang lalu, ketika menjelang pilkada gubernur,
sangat rawan dengan bahasa-bahasa penghalusan yang sarat dengan
kepentingan-kepentingan tertentu atrau kepentingan politik. Banyak kandidat
yang berkampanyae dengan menunggangi bahasa sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Dahulu, kenaikan harga bahan pokok selalu di tentang dengan aksi demo atau
unjuk rasa oleh masyarakat. Namun sekarang aksi-aksi unjuk rasa itu dapat di
redam hanya dengan dua kata yakni mengganti dengan frasa penyesuaian harga dan
penyesuaian tarif. Orang-orang pun diam mendengar dan membacanya. Akhirnya
kenaikan harga dapat dimaklumi. Bahkan ketika korupsi mantan Mentri Kelautan
dan Perikanan era pamerintahan Megawati Soekarnopoetri yang baru mencuat tahun
ini dapat berhenti begitu saja tanpa ada pihak bersalah. Menurut berbagai pihak
yang terkait dengan kasusu ini, katanya kasus itu telah diselesaikan secara
kekeluargaan. Mungkin bisa dibayangkan, jika sesuatu yang diselesaikan secara
kekeluargaan tentu tidak ada pihak bersalah atau dijatuhi hukuman. Frasa
diselesaikan secara kekeluargaan inilah yang dapat meredam dan dapat mengaburkan
makna untuk tujuan atau kepentingan golongan tertentu. Misalnya kata berkoalisi
dieufemismekan menjadi bersilaturahmi, penggusuran menjadi penertiban,
kelaparan menjadi kekurangan pangan, busung lapar menjadi kurang gizi, dll.
- Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk
menekankan, memperhebat, meningkatakan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Angkatlah
pandang matamu
ke swarga loka
ke sejuta lilin alit
yang gemetar
- Gaya Bahasa Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hala secara
implicit. Metafora dibentuk berdasarkan penyimpangan makna. Sebenarnya, seperti
juga pada simile, dalam metafora terdapat dua bentuk bahasa (penanda) yang
maknanya diperban-dingkan. Namun, di sini, sebagaimana dikatakan oleh Kerbrat
Orecchioni, salah satu unsur bahasa yang dibandingkan itu tidak muncul,
melainkan bersifat implisit. Sifat implisit ini menyebabkan adanya perubahan
acuan pada penanda yang digunakan. Selain itu, tidak ada kata yang menunjukkan
perbandingan seperti dalam simile. Hal-hal inilah yang mungkin menjadi masalah
dalam pemahaman metafora.
Contoh:
•
Banyak mahasiswa yang mencoba
memperebutkan mawar fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya itu.
•
Pada kalimat di atas, kata mawar
digunakan untuk menyebut gadis. Ini berarti, keduanya diperbandingkan. Komponen
makna penyama: cantik/indah, segar, harum, berduri, cepat layu.
•
Komponen makna pembeda: untuk
“gadis” adalah manusia, berjenis wanita,
•
untuk “mawar” adalah bagian dari
tanaman
•
Berikut ini akan dikemukakan pula
bagan segitiga semantik metafora
•
Contoh: Aku adalah burung yang
terbang bebas
- Gaya Bahasa Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang menampilkan
binatang, tanaman, atau benda sebagai manusia.
Contoh:
•
“Melambai-lambai, nyiur di
pantai” (cuplikan lagu Tanah airku Indonesia)
•
Unsur yang dibandingkan: “gerakan
tangan” dengan “gerakan daun nyiur”.
•
Komponen makna penyama:
„gerakan‟, „bagian dari sesuatu yang besar‟ (tangan/daun)
•
Komponen makna pembeda untuk
tangan adalah bagian dari „manusia‟.
•
Komponen makna pembeda untuk daun
nyiur adalah „tanaman‟. Di sini yang muncul hanya gerakan daun nyiur, sedangkan
gerakan tangan manusia menjadi implisit. Acuan pun berubah, yang melambai bukan
lagi tangan manusia, melainkan daun nyiur.
- Gaya Bahasa Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang
paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi
nasihat masuk ketelinga.
- Gaya Bahasa Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau cirri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih
mahal daripada pilot
- Gaya Bahasa Litotes
Gaya bahasa yang berupa pernyataan
yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan memang tidak berarti bagimu
- Gaya Bahasa Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang
maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
- Jargon Dan Kata Slang
- Jargon
Jargon mengandung beberapa
pengertian. Pertama, jargon adalah kata kata yang mengandung makna suatu
bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh. Kedua, jargon
diartikan sebagai bahasa yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dianggap
sebagai bahasa perhubungan. Ketiga, jargon diartikan sebagai kata-kata teknis
atau rahasia dalam suatu bidang tertentu.
- Kata Slang
Kata slang adalah
kata percakapan yang tinggi atau murni. Kadang, kataslang dihasilkan dari salah
ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi
suatu bidang makna yang lain.
Contoh Slang : asoy, manatahan, belumtahu, dia, dan sebagainya
(bersifatsementara)
- Contoh pilihan kata yang baik berdasarkan jenis kata (kata kajian dan kata popular).
- Kata Populer adalah kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan
masyarakat. Contoh: kata gelandangan lebih dikenal daripada kata tunakarya.
Kata Populer
|
Kata Kajian
|
Kegiatan
|
Aktivitas
|
Penyaring
|
Filter
|
Merenung
|
Kotemplasi
|
orang sakit
|
Pasien
|
Lulusan
|
Alumnus
|
Peringkat
|
Rangking
|
Menilai
|
Mengevaluasi
|
koreksi diri
|
Introspeksi
|
Isi
|
Volume
|
Sasaran
|
Target
|
Dorongan
|
Motivasi
|
Khayalan
|
Imajinasi
|
tidak nyata
|
Fiktif
|
Perangai
|
Karakter
|
Rencana
|
Agenda
|
Pendapat
|
Argument
|
DAFTAR PUSTAKA
(http://catatangadisku.blogspot.com/2010/01/judul-pilihan-kata-tiu-siswadapat.html , diakses tanggal 24 november 2010).
(www.scribd.com/doc/24066125/Bentuk-Dan-Makna-Kata.html , diakses tanggal 24 november 2010)
(http://lkpk.org/info/pengertian-kata-kajian-dan-kata-populer.html, diakses tanggal 26 november 2010)
0 Comments